
- Admin MA Asih Putera
- 2023-07-03 09:00:00
- Artikel
Implementasi Jiwa yang Selalu Merasa Diawasi Allah SWT
Di dunia ini, manusia cenderung ceroboh. Namun, tidak sedikit juga yang selalu berhati-hati. Dalam setiap kegiatan berkelompok ataupun sendiri-sendiri, sikap ceroboh dan kehati-hatian ini selalu ada. Namun demikian, bagi seorang muslim, sikap kehati-hatian dalam setiap tindak-tanduk, ucapan, ataupun perilaku harus selalu menjadi bagian dari akhlak atau kebiasaan yang melekat.
Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang muslim dan beriman agar menjaga diri dan keluarganya dari api neraka karena akibat perbuatannya di dunia (QS. At-Tahrim: 6). Atau, janganlah kalian menjerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Baqarah: 195).
Kita dituntut untuk selalu berhati-hati dalam hal apapun, baik dalam ucapan/ perkataan, perbuatan, maupun dalam bersosial (dalam hal ini berbuat baik kepada orang lain), termasuk dalam berderma. Kita tidak boleh kikir, tetapi kita juga tidak boleh boros.
Sikap kehati-hatian merupakan bagian dari jiwa yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Allah SWT menyampaikan bahwa... "Hendaklah Kalian bertakwa kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. Al-Baqarah: 282). Pengawasan Allah SWT melekat pada setiap diri manusia. Bukan hanya yang dinampakkan dalam perilaku, tetapi hal yang disembunyikan dalam hatipun Allah SWT mengetahuinya.
Allah mengirim malaikat Roqib dan Atid sebagai petugas pencatat amal perbuatan manusia. Bahkan Allah sendiri tidak jauh dari manusia, Dia lebih dekat daripada urat nadi. Jadi, dalam setiap hembusan nafas, dalam setiap detak jantung, atau dalam setiap aliran darah dalam pembuluh darah yang menyelubungi tubuh manusia Allah mengetahuinya. Dengan demikian tidak ada sedikitpun dari diri manusia yang luput dalam pengawasan, penglihatan, dan pengetahuan Allah SWT.
Ada beberapa sikap dan perilaku positif dari orang yang selalu berhati-hati dalam setiap amalnya ini, di antaranya:
1. Selalu Memiliki Tujuan
Kita hidup harus memiliki tujuan. Dengan tujuan yang pasti, maka perbuatan dan tindakan kita menjadi terarah. Dengan tujuan yang sudah disematkan, dia akan membuat perencanaan terbaik untuk mencapainya. Tujuan hidup manusia adalah selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat. Dalam QS. Al-Hasyr: 18, Allah memerintahkan manusia yang beriman untuk selalu memperhatikan masa lalu sebagai bahan evaluasi dan memperhatikan masa depan, apa yang ingin dicapainya. Dengan demikian, dia selalu mawas diri dan berhati-hati dalam bertindak.
2. Selalu Memiliki Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik sudah dianggap bahwa 50% kesuksesan sudah di tangan atau sudah dicapai. Dengan perencanaan yang baik, semua tahapan kegiatan menjadi jelas dan terarah. Semua sumber daya dipersiapkan dengan baik sehingga tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya akan dengan mudah diraih. Selagi ada waktu, sebaiknya buatlah tahapan-tahapan perencanaan hidup dengan baik.
3. Bersungguh-Sungguh dalam setiap aktifitas yang dilakukan
Orang yang bersungguh-sungguh akan terlihat dalam mengerjakan apapun. Dia akan selalu memperhatikan apa yang diraih di masa depan. Dia juga memperhatikan, kalau ada kemungkinan kesalahan dalam tindakannya, apa akibat yang akan menimpanya sehingga dia mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyelematkannya dari bahaya atau kesalahan fatal. Kesungguhan dalam bertindak dan berperilaku merupakan bagian dari sikap jihad yang diharapkan Allah SWT.
4. Bertawakal Kepada Allah SWT
Bertawakal adalah suatu sikap dan perbuatan orang-orang yang beriman, yaitu sikap menyerahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa dengan selalu berharap hasilnya sesuai dengan keputusan terbaik Allah Azza Wajalla. Dia meyakini bahwa sebaik apapun perencanaan, sebaik apapun dia mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk menyokong perbuatannya, dan sebaik apapun perbuatannya, ia akan selalu memperhitungkan untung-rugi, cepat-lambat, sukses-gagal, akhirnya ada pada keputusan Allah SWT. Manusia boleh berencana, manusia boleh berharap, tapi semua muaranya berada pada kehendak dan keputusan Allah SWT. Dialah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
5. Berdoa
Terakhir, sikap yang selau dimiliki orang yang selalu berhati-hati adalah berdoa. Dia tahu bahwa setiap perbuatannya tidak selalu berjalan mulus dan baik sesuai dengan yang diharapkannya. Kadang dalam perjalanannya selalu ada gangguan, baik gangguan yang berasal dari dirinya maupun gangguan yang bersumber dari luar dirinya.
Oleh karena itu, agar semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan, kita diminta untuk berdoa. Berdoa merupakan bentuk ibadah. Berdoa merupakan bentuk sikap bertawakal kepada Sang Kholik karena tahu semua keputusan ada pada Yang Maha Kuasa. Dengan berdoa, takdir yang jelek bisa Allah ubah menjadi baik.
Ingatlah, ketika Allah SWT sudah menghendaki kesesatan dan kehinaan, maka tidak ada yang menolongnya. Begitupun ketika Allah SWT sudah menentukan baik, maka tidak ada seorangpun yang bisa menolak dan mengubahnya. Doa menjadi bentuk penghambaan seorang “abid” kepada Khalik-nya.
Mari kita jalani hidup ini dengan selalu berhati-hati, selalu memperhitungkan akibat yang akan diraih di masa depan terutama akibat yang akan diterima di Yaumil Akhir. Kita harus selalu berusaha untuk menambah ilmu dan wawasan sehingga lebih mudah untuk menjalankan setiap aksi dan kegiatan.
Penulis: Edwin Wahyudin, S.Ag, M.Pd
Editor: Murwulan Iromasti, S.E
DISCLAIMER: Artikel yang ditulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. MA Multiteknik Asih Putera tidak dapat disalahkan dan digugat apabila dikemudian hari artikel tersebut diperkarakan.